Sejarah Desa
Kata "Jatisobo" merupakan sebuah nama yang merujuk pada berbagai narasi dan legenda, serta cerita sejarah yang telah disampaikan secara turun-temurun, baik melalui tulisan maupun lisan. Pada masa lampau, terdapat seorang ulama dan penghulu bernama Kyai Khotib Imam. Ia merupakan seorang ulama terpandang yang sangat dihormati oleh Sunan Paku Buwono IV, penguasa Kraton Kasunanan Surakarta pada saat itu.
Kyai Khotib Imam dikenal khusus oleh Sunan Paku Buwono IV karena kemampuannya dalam menghafal Al-Qur'an dan juga penguasaan yang mendalam terhadap ilmu-ilmu agama Islam. Keahliannya ini menjadikan Kyai Khotib Imam sebagai salah satu ulama pilihan Sunan Paku Buwono IV. Sebagai ulama favorit, Kyai Khotib Imam merupakan figur yang dihormati dan diakui oleh kraton. Awalnya berada dalam lingkungan Kraton Kasunanan Surakarta, Kyai Khotib Imam kemudian merasakan panggilan untuk keluar dari istana dengan tujuan agar lebih banyak orang mengenal dan memeluk agama Islam.
Setelah melalui berbagai diskusi yang panjang, akhirnya Sunan Paku Buwono IV memberikan izin kepada Kyai Khotib Imam untuk meninggalkan wilayah kraton sesuai keinginannya. Kyai Khotib Imam memilih sebuah daerah yang dikenal sebagai Jatisari sebagai tempat tujuan perjalanannya. Lokasi ini terletak di sebelah timur Sungai Bengawan Solo.
Setelah tiba di Jatisari, Kyai Khotib Imam mendirikan pesantren yang segera menarik banyak murid. Karena pesantrennya semakin ramai, tempat tinggal Kyai Khotib Imam menjadi kurang mencukupi untuk menampung semua santri. Akibatnya, Kyai Khotib Imam bermigrasi ke tempat bernama Kayuapak dengan ditemani oleh beberapa murid yang setia.
Di lokasi pesantren yang baru, terdapat sebuah sungai yang memiliki aliran yang curam dan berbahaya bagi para murid yang ingin mandi. Sayangnya, beberapa murid tewas akibat kecelakaan di sungai tersebut. Menghadapi situasi ini, Kyai Khotib Imam merencanakan pemindahan pesantren. Keinginannya ini ternyata terbaca oleh Sunan Paku Buwono IV yang memberikan hadiah sebidang tanah luas sebagai penghargaan atas kontribusinya. Di tanah tersebut, terdapat sebuah pohon jati yang sangat unik.
Pohon jati ini memiliki ukuran yang sangat besar dan tinggi, sehingga bayang-bayangnya dapat menjangkau area yang sangat luas hingga keraton Kasunanan Surakarta saat terkena sinar matahari. Inilah asal mula nama "Jatisobo," yang terbentuk dari kata "Jatisebo" yang artinya "datang ke kraton". Pohon jati istimewa ini diminta oleh Sunan Paku Buwono IV dan sebagian lainnya digunakan untuk membangun Masjid Agung Jatisobo.